Senin, Oktober 20, 2008

Bisnis Rosok yang Terpinggirkan

Barang - barang bekas dan sampah anorganik seperti plastik, kertas, logam, kaca bagi kebanyakan orang merupakan sesuatu yang sudah tidak berguna dan harus disingkirkan dari lingkungannya. Tetapi siapa tahu bagi sebagian orang barang – barang tersebut memiliki suatu nilai atau dapat menghasilkan uang.

Perjalanan sampah – sampah anorganik sebelum sampai ke pabrik untuk didaur ulang ini memiliki cerita tersendiri menyangkut kehidupan manusia para kaum marjinal. Anda mungkin pernah melihat pemulung yang sedang berjuang mengumpulkan sampah – sampah kertas, plastik, logam yang dapat mereka jual kepada pengepul atau sering juga disebut bakul rosok. Dari bakul rosok inilah para pemulung itu memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Pada awal tahun 1980-an s/d akhir 1990-an keberadaan para bakul rosok ini bisa dihitung dengan jari. Pada masa itu pekerjaan ini hanyalah pekerjaan yang tak pernah dianggap, banyak orang mencibir, meremehkan bahkan menghina pekerjaan ini sebagai sesuatu yang memalukan. Seiring berjalannya waktu dengan adanya krisis global yang melanda Indonesia tahun 1997 bisnis rosok menjadi suatu fenomena baru. Banyaknya pengangguran akibat PHK besar – besaran yang terjadi masa itu orang – orang beralih profesi pada bisnis rosok ini, ada yang mencoba menjadi pengepul ada pula yang berkeliling mencari dan membeli barang – barang bekas untuk dijual kepada pengepul.

Memang sekilas bisnis rosok ini mudah untuk dijalankan tetapi apabila tanpa perhitungan dan kerja keras bukan mustahil mereka yang mencoba bisnis akan gagal. Banyak bakul rosok yang telah sukses dan mereka biasanya telah menjalankan bisnis rosok selama belasan bahkan puluhan tahun dengan kerja keras dan tidak mudah menyerah. Ukuran kesuksesan bakul rosok ini memang bukan seperti konglomerat yang memiliki asset milyaran bahkan trilyunan rupiah tetapi semua ini dilihat dari taraf hidup yang mapan mampu menyekolahkan anak – anaknya sampai perguruan tinggi, memiliki banyak asset tanah / rumah, memiliki sarana transportasi yang cukup bagus bahkan mampu membuka usaha di bidang yang lain.

Jadi akankah kita masih memandang sebelah mata bisnis rosok ini ? Selama sampah – sampah anorganik masih perlu didaur ulang saya rasa bisnis rosok tidak akan pernah mati meskipun krisis kerap melanda negeri kita. Dengan omset puluhan juta perbulan bahkan lebih siapa yang tidak tertarik menjalankan bisnis ini sekarang ?